NGR8MaNcLWBcNGt7LGRcNqt8MCMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Makan Soto Kudus Di Blok M Jakarta Selatan

soto kudus blok m



Hal yang paling cocok, ibaratnya seperti jodoh itu saat traveling terus sambil coba kuliner. Meski sayangnya, banyak rencana yang dibatalkan saat pandemi seperti saat ini. Tapi, jadi mengingat perjalanan ala kadarnya, saat main ke kawasan Blok M, Jakarta.

Biar pengalaman ini tersimpan dengan baik. Enaknya memang dituliskan, agar tulisan ini abadi dan jadi pengingat saat terlupa nanti.


Soto Kudus Blok M Jakarta



Blok M yang Ipeh tau itu cuma tempat perbelanjaan sama tempat beli buku-buku bekas. Tapi, siang itu, usai ziarah sambil memperpanjang biaya perawatan makam Eyang Uti di komplek pemakaman umum wilayah Jakarta Selatan. Barulah pertama kalinya Ipeh mengunjungi dan mencicipi tempat makan yang lengendaris.

Kenapa legendaris? Soalnya, soto kudus ini termasuk soto kudus yang sudah ada sejak tahun 60-an. Taunya dari mana? Dari cerita Mamah dan tante-tante yang jadi langganan soto kudus ini sejak lama.

Sepanjang jalan menuju tempat ini, Mamah bercerita. Saat pertama kali ngontrak di Gang Haji Aum, Jakarta. Itu adalah momen paling berkesan karena banyak cerita yang dikenang oleh Mamah selama mengawali kehidupan pernikahan di sana.

Tinggal di kontrakan kecil, petakan, namun dihuni oleh sebelas orang. Pasti menjadi cerita yang tak akan pernah habis dikisahkan. Terutama, karena mereka yang tinggal bersama mendiang Papa rahimahullah dan Mama, ada yang merupakan saudara sekandung ada pula orang lain.

Sewaktu baru menikah dengan Mamah. Papah rahimahullah, mengajak ketiga adiknya untuk ikut tinggal bersama di Jakarta. Dua lelaki dan satu perempuan, resmi tinggal dan menjadi bagian di rumah kontrakan tersebut. Tapi, tak lama berselang, ada lagi saudara sepupu dari Papah rahimahullah yang juga ikut tinggal di sana.

Beberapa saudara Mamah pun dari sembilan anak perempuan, ada juga yang ikut tinggal di hunian ini. Belum lagi, beberapa orang yang merupakan teman dari adik atau saudara yang ikut di sana. Semua kumpul di dalam hunian yang nyatanya, memang tidak masuk akal kalau kejadiannya di zaman saat ini. Karena, pasti akan membuat orang bingung, rumah kecil tapi yang menghuni banyak sekali.

Istilah Mangan ora mangan asal kumpul. Menjadi perwujudan nyata kehidupan awal pernikahan Mama. Dari suka sampai duka, diemban bersama namun uniknya menjadi sumber cerita yang selalu mengundang canda dan tawa setiap diceritakan kembali.

Begitulah gambaran singkat tentang tempat tinggal mereka. Nah, sekarang kisah mengenai Mamah dan semua adik ipar sampai sepupu dan adik kandung Mamah yang juga tinggal di kontrakan Gang Haji Aum.

Mereka semua punya kesukaan yang sama, yaitu suka andog atau jajan makanan tapi makannya di tempat. Kegemaran jajan ini baru bisa terpenuhi saat mendiang Papah rahimahullah mendapat gaji setiap bulan dan kedua adik lelakinya yang saat itu sedang bekerja serabutan mendapat bayaran hasil jerih payah.

Makan di luar sekaligus nonton, merupakan kegiatan refreshing yang sering dilakukan kala memiliki uang lebih. Salah satunya, jajan soto kudus di blok M ini.


Berawal Dari Gerobak Sederhana


Kata Mamah, dulu yang dagang soto kudus ini, gerobaknya sederhana dan enggak akan terbayang akan menjadi tempat makan besar nan terkenal seperti saat ini. Penjualnya pun ramah, demikian Mamah menuturkan waktu itu sambil bersemangat karena bayangan semangkuk soto kudus.

Namanya orang Jawa Timur, makanan seperti soto kudus dan soto ayam, itu seperti sudah menjadi sajian penuntas rindu. Apalagi kalau rasanya itu sesuai sama lidah orang Jawa timur atau Jawa Tengah. Biasanya, mereka akan bercerita mengenai masakan bude anu atau bulek anu yang mungkin sedikit mirip rasanya seperti makanan yang sedang disantap.

Penjualnya yang ramah dan sering berinteraksi dengan santai. Membuat soto kudusnya banyak digemari orang-orang. Terutama sate ungkep dan tahu tempe yang menjadi hidangan pelengkap dari semangkuk soto kudus, yang rasa manisnya sesuai dengan lidah.


soto kudus jakarta selatan

Ulasan Soto Kudus Blok M



Buat yang belum pernah mencicipi Soto Kudus di kedai manapun. Jangan kaget ya, kalau nanti yang dihidangkan mangkuknya beda. Enggak seperti mangkuk soto ayam.

Iya, soto kudus sering banget dihidangkan di mangkuk yang ukurannya kecil. Kalau lagi laper banget, biasanya Ipeh akan pesan yang nasinya dipisah. Tapi, kalau lagi enggak begitu lapar, mintanya yang nasinya dicampur.

Tapi, kalau nasi dicampur, memang jadi kelihatan lebih banyak isi nasinya, sih. Hehehe.

Jangan lupa coba juga sate jeroan yang dimasak ungkep manis. Rasanya bisa bikin ketagihan dan bakalan nambah terus. Apalagi kalau ditemani juga sama tempe tahu bacemnya. Udah deh, bikin enggak inget udah nambah berapa kali.

Tapi, namanya makan di wilayah Jakarta. Terus, tempatnya termasuk tempat makan terkenal di kawasan yang memang juga terkenal. Pastinya, harga semangkuk soto kudus di sini, cukup bisa membuat dompet bergetar.

Enggak kok, enggak mahal banget sampe ratusan ribu. Tapi, jika dibandingkan dengan semangkuk soto kudus di Rawa Lumbu. Yang tempatnya seperti rumah. Dan harga semangkuknya cuma Rp 10.000.

Harga semangkuk soto kudus Blok M sebesar Rp 25.000 bisa sukses bikin dompet terkaget-kaget. Ya gimana ya, ada harga ada rasa. Ono rego ono roso. Enggak bisa dianggap sepele juga. Mengingat tempat makannya juga bukan seperti gedung ala kadarnya. Tapi, bangunan permanen yang dilengkapi dengan pendingin ruangan.

Pastinya, kalau yang menghitung segala macam seperti bangunan, karyawan sampai segala macamnya. Harga 25rb sudah termasuk murah.

Karena memang rasanya itu yang pas di lidah. Jadi, enggak ada ingatan buruk apalagi keluhan setelah selesai makan. Terutama karena baru aja panas-panasan setelah ziarah dari makam. Jadi, rasa lapar yang tersingkirkan oleh semangkuk soto kudus. Malah bikin siang itu jadi kenangan yang manis.

Terutama, karena sepanjang menyantap soto kudusnya, Ipeh banyak mendengarkan cerita mengenai banyak hal yang terjadi di masa lalu. Nampaknya, jadi seperti makan di rumah sendiri bersama sanak saudara, ya. Soalnya, suasananya juga asik pas makan di sana.


Pernah enggak, teman-teman pembaca makan di tempat makan yang punya sejarah atau cerita mengesankan sebelum tempat makan tersebut menjadi terkenal?

Share This Article :
Ipeh Alena

Blogger Bekasi yang tinggal di Tambun Selatan dan suka membahas tentang Kuliner dan Wisata serta Tempat Publik

1257318611869212855