Foto : Ipeh Alena |
Weekend di depan mata. Meski sering di rumah aja, tapi ada sesekali keinginan buat nongkrong sambil ngopi. Meski masih disimpan aja keinginannya.
Buat coba-coba bikin Dalgona Coffee biar enggak gabut. Rasanya masih tetap mager. Soalnya, kebayang banget ribetnya harus ngocok sampai tangan pegel.
Konon, katanya Setiap Kata Punya Cerita. Buat Ipeh, setiap kopi dan kudapannya pun selalu berhasil menjadi cerita. Entah itu cerita saat menyesap kopinya. Atau cerita yang mengalir saat ngobrol.
Semisalnya ingin minum kopi sambil ngemil, waktu sebelum ada pandemi ini. Ipeh biasanya mampir ke warung yang letaknya ada di pinggir rel kereta api.
Ada apa di warung yang lokasinya di dekat rel kereta api ini?
Warung Pancong Balap Di Bekasi
Keberadaan warung ini sebenarnya sudah sangat lama. Waktu Ipeh masih kecil dan tinggal di daerah Mekar Sari. Warung penjual pancong ini bahkan sudah ada.
Sempat berpindah tempat tapi tetap di lokasi terdekat dengan tempat saat ini. Dulu, seingat Ipeh, dia buka di sebelah kanan jalan dari arah Proyek Bekasi.
Sekarang di sebelah kiri jalan. Konon, dulu bahkan tempatnya di samping persis rel kereta api.
Untuk sebagian besar penghuni Bekasi, yang domisilinya di kawasan Bekasi Timur sebrang rel. Tempat Pancong Balap ini bukan lagi tempat baru.
Bentuknya yang memang seperti Warung Kopi biasa. Memang sebelumnya disebut Warkop karena menjajakan minuman seperti Kopi, susu Ovaltine sampai teh manis hangat. Tapi, karena dia juga menjajakan kue pancong sebagai sajian utama selain mie rebus. Akhirnya, yang terkenal justru si pancongnya ini.
Terletak di kawasan paling tua di Bekasi. Yaitu di Proyek Bekasi, Bekasi Timur. Posisinya berada di sebelah kiri jalan setelah kita menyebrang rel kereta api.
Daerah Proyek Bekasi Timur
Kawasan Proyek ini punya banyak sekali kenangan. Terutama bagi yang lahir di tahun-tahun sebelum kerusuhan.
Dinamakan Proyek, karena tentu berawal dari lokasi tempat pengerjaan proyek tertentu. Pembangunan Robinson, yang menjadi tempat perbelanjaan sekaligus tempat main dingdong terkenal di Bekasi.
Serta terdapat jejeran pedagang-pedagang segala macam rupa. Kawasan Proyek Bekasi masa lalu ini, mirip seperti di kawasan Jatinegara Jakarta. Apa aja ada di sini. Beberapa bangunan ruko berdiri di sepanjang jalan.
Dulu, daerah ini sangat terkenal. Ibaratnya Shinjuku-nya Bekasi. Karena, banyak orang yang belanja atau sekadar nongkrong di sini. Ipeh waktu masih kecil pun senang banget diajak ke tempat ini.
Soalnya, Ipeh pernah tinggal di kontrakan yang berada di samping persis rumah sakit Mekar Sari Bekasi. Jadi, untuk ke Proyek ini, bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Ada warung tenda yang menjajakan makanan. Ada pedagang toko obat yang khusus dan enggak banyak dijual di pasaran. Sampai ada banyak penjual perlengkapan rumah tangga dan penjual emas.
Buat anak-anak, yang paling berkesan memang tempat mainnya. Ada permainan dingdong dan mainan game arcade dengan mesin dari Jepang. Permainan tahun 90-an yang masih selalu diingat sampai sekarang. Soalnya, zaman dahulu belum ada yang kenal Timezone. Jadi, mainnya pasti ke sini.
Review Pancong Balap
Salah satu pedagang yang lokasinya di kawasan proyek ini adalah penjual Pancong Balap.
Tempat ini enggak pernah sepi. Buka dari sore hari, pasti sudah ramai oleh pengunjung. Tapi, jangan khawatir akan kehabisan. Cuma, buat yang enggak begitu suka keramaian, biasanya lebih memilih dibungkus dan dibawa pulang.
Menu favorit Ipeh itu pancong balap setengah mateng dengan taburan coklat meises. Rasanya tuh lumer banget dan manisnya pas di lidah.
Sambil icip-icip kudapan, paling enak kalau ditemani sama kopi. Kadang, kalau lagi gerah banget. Ipeh sering pesan es kopi instan. Di sini memang enggak menjual kopi asli yang diroaster sendiri. Hanya sedia kopi instan berbagai merk.
Foto : Ipeh Alena |
Pancong balapnya sendiri, ada banyak variannya.
- Pancong Coklat Keju Susu
- Pancong Coklat Keju
- Pancong Keju Susu
- Pancong Coklat Susu
- Pancong Polos
- Pancong Kacang
- Dll
Karena model warungnya ini persis warung kopi pinggir jalan. Jadi, jangan harap bisa duduk nyaman sambil ngobrol panjang lebar.
Suasananya yang ramai karena lokasinya di pinggir jalan. Tempat duduk yang disediakan pun enggak banyak. Terdiri dari dua bangku panjang dari bahan kayu. Yang kalau duduk pasti berdempetan dengan pengunjung lain.
Saat pandemi seperti saat ini. Enggak tau juga, apakah masih buka atau justru tutup. Kalau agak sulit bayanginnya, cukup dibayangin kaya warteg atau warung nasi.
Nah, karena berdesakan dan memang enggak nyaman kalau buat nongkrong lama. Tapi, entah kenapa enggak pernah bosan buat mampir ke sini.
Mungkin, karena rasa pancong lumer aka pancong setengah matengnya yang pas banget di lidah kali ya. Soalnya, sampai saat ini belum ada yang bisa ngalahin kelezatan kue pancong di deket rel kereta ini.
Udah gitu, kita bisa lihat proses bikinnya, loh. Soalnya, kompor dan cetakan buat bikin pancongnya. Persis ada di depan kita. Jadi, kita bisa lihat betapa lihainya si abang menyediakan pancong dengan request yang berbeda-beda.
Seporsi pancong balap ini. Bisa sukses bikin perut kenyang. Ini aja enggak bilang satu cetakan. Kalau bilang satu cetakan, bisa-bisa enggak akan tahan juga buat ngabisinnya.
Ada juga, disediain kue pancong yang sudah jadi. Tapi, enggak bisa minta yang lumer kaya yang biasa Ipeh pesan. Pancong yang ready biasanya buat yang enggak begitu suka nunggu dan pastinya sudah matang sepenuhnya. Dan lebih dingin pastinya.
Penutup
Lokasi pancong balap ini, memang enggak jauh dari stasiun kereta api Bekasi. Jadi, kalau pas pulang kerja, sebelum pandemi, terus laper mendadak. Biasanya akan mampir dulu ke sini.
Sampai sekarang, belum ada warung pancong yang rasanya sama atau bahkan melebihi rasa pancong balap Agus Salim ini.
Kalau ada yang penasaran. Boleh mampir setelah pandemi lewat. Tapi, jangan harap tempatnya akan wah keren, ya. Bisa juga dikepoin dari google street.
Lokasinya di sini :
Kalau pembaca, biasanya lebih suka minum kopi atau teh ditemani kudapan apa?
Share This Article :