Sop Dan Sate Kambing Bang Kumis Di Mustika Jaya

Sop sate kambing


Semenjak pandemi, kebiasaan jajan mulai berkurang atau sama aja? Buat Ipeh, kebiasaan jajannya sama aja. Cuma diganti aja cara belinya.

Yang sebelumnya beli di tempat dan kadang makan di tempat. Semenjak pandemi, jadi sering mengandalkan ojek online atau nitip sama beberapa tetangga yang mau beli. Sering juga beli di marketplace.

Tapi, saat pandemi kemarin. Sempat juga ke luar rumah, karena ada antar barang yang harus sampai hari itu juga.

Nah, pulangnya mampir ke Sop Kambing Bang Kumis. Yang lokasinya enggak jauh dari rumah. Cuma setengah kilo aja.

Dan selama pandemi, ada aja warung-warung yang akhirnya gulung tikar. Tutup hingga tak tahu sampai kapan akan buka lagi. Begitulah Suka Duka Memiliki Usaha. Kayak kak Steffi yang punya jasa desain blog, cukup naik turun juga pengalamannya berbisnis.



Sop Dan Sate Kambing Bang Kumis Mustika Jaya



Sebenernya, ipeh penasaran banget. Apakah kedai makanan Sop dan Sate Kambing Bang Kumis ini merupakan kemitraan? Atau memang dikelola sama anak-cucu-mantu sampai saudara jauh dari pencetus aslinya?

Di kawasan JABODETABEK, yang namanya kedai Sop Dan Sate Kambing Bang Kumis tuh bisa ditemui di banyak tempat. Ada yang rame dan sampai terkenal. Ada juga yang biasa saja. Bahkan ada pula yang sepi.

Semua jadi tergantung dari kemampuan pengelolanya, kemampuan koki yang meraciknya sampai kemampuan memberikan harga satu mangkoknya.

Kok bisa? Jadi, dulu itu Ipeh pernah ngider di Bekasi. Mencoba setiap warung tenda Sop dan Kaki Kambing Bang Kumis ini. Karena penasaran, apakah harga, rasa sampai porsinya sama di setiap tempat?

Jawabannya? Enggak. Enggak sama. Bahkan, akhirnya sempat kena harga yang mahal, rasa kurang oke tapi harga mahal. Hingga kemudian, males untuk mampir ke warung tenda ala bang kumis ini.

Tapi, pas malam-malam baru pulang dari anter barang. Kemalasan itu menyingkir dan berganti dengan catatan baru tempat makan Sop Dan Kaki Kambing Bang Kumis Favorit di Mustika Jaya.


Warung Tenda Ala Bang Kumis



Ciri khas dari warung tenda Sop dan Sate Kambing Bang Kumis itu dari spanduknya. Sepertinya memang satu tempat desain spanduk dengan warung tenda ala bang kumis lainnya.

Kalau iya, persis sama dengan desainer spanduk Pecel Lele yang termasyhur dan sempat muncul di televisi. Setidaknya, dari tayangan itu, ipeh jadi tau siapa orang di balik keberadaan spanduk pecel lele.

Mampir di warung ini, situasinya sepi banget. Pas dateng pun, kita tau kalau Ipeh dan pasangan adalah pelanggan pertama. Soalnya, penjualnya baru menggelar arang dan baru memanaskan lagi kompornya.

Usut punya usut, ternyata benar. Selama pandemi, keduanya mengaku sering pulang tanpa membawa uang untuk perputaran bisnis. Hingga akhirnya, porsi yang mereka jual harus dikurangi agar enggak banyak yang terbuang.

Sate kambing mustika jaya


Sedih, ya? Banget. Tapi, yang bikin makin terharu. Penjualnya yang merupakan pasangan suami istri ini. Tidak sedikitpun menunjukkan wajah sedih, galau apalagi gelisah.

Istrinya membantu sang suami sambil bercerita sesekali dengan wajah masih terulas senyum. Sang suami pun masih melayani kami, pelanggannya, dengan obrolan yang sebenarnya bikin enggak tega. Tapi, dibawa santai sama si Bang Kumis ini.

Hooh, yang jual juga kumisan sama jenggotan. Tempatnya juga bersih. Entah karena belum ada yang datang atau memang senang membersihkan tempatnya. Tapi, terjawab saat dia sedang meracik dua porsi Sop, setiap ada tumpahan sedikit, langsung dibersihkan kembali. Jadi, memang bersih orangnya.

Untuk lokasinya, berada di ruko yang mepet sama pintu gerbang Grand Wisata. Pintu yang belakang, ya. Cuma terjeda dengan kali kecil yang sering bikin banjir.

Tenang, ruko tempat si Bang Kumis jualan ini. Tinggi tempatnya dan lumayan luas parkirannya.

Cuma, karena posisi warung tendanya ini nempel banget sama pagar pembatas ruko. Jadi, sering enggak begitu kelihatan. Kalau sudah masuk ke parkiran rukonya, baru deh kelihatan letaknya di sebelah kiri, mojok pas banget di pagar ruko.




Review Sop Dan Sate Kambing Bang Kumis



Katanya, kalau mau tau makanan yang dijual di tempat makan itu enaknya murni atau enggak. Pesanlah makanan dan dibungkus untuk dimakan di rumah.

Ini sih iseng-isengan aja kayanya, ya. Soalnya, kalau dengar hal kaya gini. Selalu dikaitkan dengan mistis.

Untuk rasa Sop dan Tongseng yang Ipeh pesan. Enak, gurih, enggak terlalu kental dan enggak bikin perut begah. Soalnya, di Sopnya yang agak kental dan seperti bersantan, ternyata menggunakan susu. Bukan menggunakan santan kelapa.

Jadi, nyaman banget pas diolah di perut. Enggak bikin sebah. Gitu.

Untuk satenya? Percayalah, daging satenya gede dan gemuk. Terus mateng tapi enggak kering. Bumbunya meresap banget. Persis kayak Sate Kambing Gudang Seng.

Harganya? Ramah di kantong. Enggak kemahalan juga enggak murah banget. Kalau dibandingkan dengan kualitas porsi dan rasanya sih, itu harganya sesuai. Pas gitu.

Hidangan sate kambing, yang juga berperan penting biar menambah cita rasa itu bumbu kecapnya. Nah, bumbu kecap yang disajikan bersama si sate kambing ini beda banget. Enggak kaya kecap yang banyak di pasaran. Kayaknya kecapnya khhsus dari daerah, karena rasa manisnya pas dan gurih juga. Enak deh pokoknya.

Yang pasti jadi enggak nyesel mencoba tempat makan baru. Maklum, kalau udah kena getok harga yang bikin melotot ditambah rasa yang enggak oke. Biasanya sering bikin males untuk mencoba.

Tapi, kegabutan malam-malam dengan perut lapar. Ternyata mempertemukan Ipeh dengan tempat makan yang masuk ke tempat favorit.


Kalau pembaca, pernah enggak, merasa trauma kalau mau coba kuliner di tempat baru. Yang notabennya belum pernah tau reviewnya? 

Postingan Terkait

Komentar